Ramadhan kali ini benar-benar mengusik hati.
Meniti hari-hari terakhir Ramadhan, diri banyak terdorong untuk kembali merenung dalam-dalam akan seribu macam perasaan yang bersarang di hati.
Rasa gundah dan sebu, ada sendu dan ada hiba yang begitu mengharukan. Hati mana yang tak senang kalau lembaran iman yang disangka suci, rupa-rupanya kusam dan berkeronyok dengan palitan dosa dan maksiat.
Lebih memilukan, diri sendiri sebenarnya sudah menyedari akan hakikat itu namun sengaja tidak dipedulikan. Saat itu, istidraj rakus menerpa mendakap hati, dan nikmat-nikmat kurniaan Tuhan seolah-olah didustakan dengan mudah sekali.
Hati cepat merasa baik, lekas menilai dan menghukum manusia selain diri sendiri, akhlak lantas mula disamari riya' dan hipokrit.
Barangkali Itu bicara Tuhan buat hamba yang kufur akan nikmat. Ramadhan tidak semata-mata hadir untuk mencurah dan menyubur, tapi nyata ia datang dengan tegas menghambur dan mengacah hati agar tidak sentiasa selesa dengan amal yang dusta dan iman yang palsu.
Ramadhan kali ini, Allah benar ingin membisik dan menegur.
Jangan letih untuk melawan nafsu.
Jangan cepat mengalah pada hambatan dunia.
Jangan mudah putus asa dari rahmat Tuhan.
Jangan hanyut dan mati dengan perasaan.
Setiap hari yang mendatang, biarlah ia masak dan mematangkan jiwa. Pengalaman silam letakkan sebagai pengajaran, dan jadikan ia kekuatan untuk menggenggam impian hari-hari kemudian. Menangislah dengan kejujuran, bukan dengan iringan perasaan yang berat terpendam. Tajamkan kembali daya taakulan lewat pembacaan dan pengamatan.
Terima kasih kerana menghadirkan lagi Ramadhan, hadir dengan hikmah yang jelas dan terang.
Barangkali ini teguran Tuhan, bicara tegas untuk hamba-Nya yang sudah lama sepi dari bercinta dengan Tuhan.
p/s: Banyakkan istighfar, kerna istighfar itu melebur dosa.